VIVAnews
- Ilmuwan legendaris Albert Einstein telah lama dianggap sebagai salah
satu orang yang sangat jenius yang pernah hidup. Ini menimbulkan
pertanyaan, bagaimana bisa Einstein begitu istimewa di dunia sains?
Teka
teki tersebut menemukan titik terang saat para ilmuwan menemukan sebuah
petunjuk dari dalam otak milik fisikawan itu. Menurut sebuah studi baru
yang dipimpin antropolog evolusi, Dean Falk dari Florida State
University (FSU), ditemukan bahwa bagian dari otak Einstein tidak
seperti otak orang kebanyakan dan memiliki kemampuan kognitif yang luar
biasa.
"Beberapa hal tampak normal," kata Falk kepada
The Huffington Post.
"Ukurannya normal, bentuk otak secara keseluruhan asimetris, dan itu
normal. Apa yang tidak biasa adalah kompleksitas dan konvolusi (lipatan
cembung di permukaan otak) di berbagai bagian otak," ujarnya.
Menurut
pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh Universitas, dalam penelitian
yang diterbitkan dalam jurnal "Brain" edisi 16 November 2012, terungkap
deskripsi seluruh korteks serebral Einstein. Korteks serebral merupakan
lapisan tipis berwarna abu-abu yang terdiri dari 15-33 miliar neuron.
Untuk
melakukan hal ini, Falk dan rekan-rekannya meneliti 14 foto baru yang
belum terungkap dari otak Einstein. Foto itu, kata Falk, sulit untuk
didapatkan.
Dokumen Foto Otak Einstein
Catatan National Public Radio (NPR), sebuah organisasi media Amerika
Serikat, menyebutkan saat Einstein meninggal pada 1955 otaknya telah
dikeluarkan oleh Thomas Harvey, seorang dokter di rumah sakit tempat
Einstein meninggal. Sangat mungkin bahwa Harvey tidak pernah mendapat
izin untuk mengeluarkan otak sang jenius itu.
Tetapi penulis Brian
Burrell dalam "Postcards from the Brain Museum" mengatakan dokter
tersebut mendapat persetujuan dari anak Einstein. Harvey mengatakan
bahwa ia bermaksud untuk mempelajari otak Einstein. Atau setidaknya,
Harvey akan berupaya menemukan ilmuwan lain untuk melakukannya.
Berkat
Harvey, para ilmuwan dapat mempelajari otak Einstein berdasarkan
sejumlah foto dan slide spesimen yang telah disiapkan oleh Harvey. Otak
tersebut, yang difoto dari berbagai sudut, juga telah dipotong menjadi
240 blok dan slide-nya telah dibuat secara histologis.
Sebagai
catatan pernyataan FSU, sebagian besar foto, blok dan slide telah hilang
dari publik selama lebih dari 55 tahun. Untungnya, sejumlah dari
dokumen tersebut baru-baru ini telah ditemukan kembali dan beberapa
dokumen saat ini dapat ditemukan di National Museum of Health and
Medicine.
Dokumen tersebut tersisa sebanyak 14 berkas. Meski
demikian, Falk dan rekan-rekannya tetap mampu melihat lebih dekat, dan
mencari tahu misteri yang tersimpan di otak Einstein.
Keistimewaan Otak Einstein
Apa yang mereka temukan adalah keajaiban. "Meskipun ukuran keseluruhan
dan bentuk asimetris otak Einstein tergolong normal, tapi prefrontal
somatosensori, motor utama, parietal, temporal dan korteks oksipital
miliknya luar biasa," kata Falk.
"Ini mungkin telah memberikan
dasar-dasar neurologis untuk beberapa kemampuan visuospatial (kemampuan
seseorang untuk memahami konsep melalui representasi visual) dan
matematika," tambahnya.
Falk menjelaskan, misalnya bagian dari
lobus frontal Einstein yang "ekstra sulit". Lobus parietal milik
pencetus teori relativitas ini dalam beberapa bagian "luar biasa
asimetris". Sedangkan somatosensori utama dan korteks motorik (daerah
yang biasanya mewakili wajah dan lidah) itu "sangat luas di belahan otak
kiri."
Falk pun mengaku terpesona. Selain Falk, kekhasan tersebut
juga mengundang pertanyaan bagi Albert Galaburda, seorang ilmuwan
syaraf di Harvard Medical School di Boston.
"Di antaranya adalah
apakah Einstein memiliki otak khusus yang cenderung menjadikannya
seorang fisikawan besar, atau apakah aktivitas fisika yang besar
menyebabkan bagian-bagian tertentu dari otaknya berkembang," kata
Galaburda, dalam majalah
Science.
Kejeniusan Einstein,
kata Galaburda, itu mungkin karena "beberapa kombinasi dari otak khusus
dan pengaruh lingkungan yang Einstein tinggali."
Bukan Fenomena Baru
Namun yang menarik, penelitian otak Einstein bukanlah sebuah fenomena baru. Menurut
BBC, pada 1999, para ilmuwan di Ontario McMaster University
mampu membandingkan bentuk dan ukuran otak Einstein dengan sekitar 90
orang yang memiliki kecerdasan rata-rata.
Para
peneliti, yang juga menggunakan beberapa foto Harvey, pada waktu itu
menemukan setidaknya "satu area otaknya secara signifikan berbeda
daripada kebanyakan orang."
Bertahun-tahun kemudian, pada majalah
Science
terbitan 2009, Falk menuliskan analisa otak Einstein, dan mengklaim
telah mengidentifikasi "sejumlah fitur yang tidak biasa, yang sebelumnya
tidak dikenal."
Pintu sekarang terbuka bagi para ilmuwan lain
untuk mempelajari lebih lanjut tentang otak fisikawan legendaris
tersebut. Misalnya, Falk mengatakan, para ilmuwan bisa melihat "otak
orang-orang jenius lain dan membandingkannya dengan Einstein."
"Ada
sebuah revolusi terjadi di neuroscience saat ini dan ada teknologi yang
bisa membuat gambar lebih bermakna," katanya. "Kami masih belajar dari
Einstein, bertahun-tahun setelah kematiannya," ujar Falk. (ren)